(Ditulis di Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali Selatan, masih di awal bulan Januari di tahun 2025, dan ternyata di Bali masih ditengah musim penghujan)
Artikel ini adalah sambungan dari artikel yang telah saya tulis sebelumnya, yang masih bertutur tentang kisah seorang yang dahulu kala cukup berjaya, seorang yang dulunya multi talenta, yang punya judul: "Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Keempat". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan disimak:
Om Tustel tersenyum, "Tahu juga, cuma Oom tidak ambil pusing. Oom kira sandiwara tipi bakal ada saja dan tante-tante bakal banyak terus. Atau aka nada aja orang-orang yang bakal minta dipotoin sama Om. Waktu itu rasanya semua bakal beres saja. Begitu Oom diajak show keliling Sumatera dan Jawa, berebut orang pengen kenal sama Oom. Di seluruh daerah yang Oom sambangin, tidak ada yang kosong dari pacar-pacaran. Sudah jangan dibilang kalau di Jakarta. Siapa nyang berani marah, dia boleh terima Oom punya tangan. Tidak ada yang berani angkat muka kalau Oom sudah menjerit. Sampe sutradara nangis-nangis waktu Oom pura-pura bilang minta berhenti...."
"Wah, serem betul."
"Bukan maen serem-nya, maka itu Oom jadi sok tahu. Pernah sekali si Parjo, satpam studio mau coba-coba kasih nasihat Oom, supaya Oom hemat sama duit dan segala macam. Lima hari pipinya bengkak karena Oom gampar. Yang sedih kalau diingat sekarang si Peang. Nama sebenarnya Rudi Darmawan, tapi karena kepalanya peang, Oom panggil saja dia si Peang. Dia cuma pemain figuran, mana berani marah kalau Oom panggil si Peang. Dia sudah ada umur, anaknya tiga. Dia nasihati Oom belajar pegang buku, administrasi atau.... Belum habis dia bicara, Oom punya tangan sudah melayang, kontan dia jatuh tersungkur. Anaknya liat bapaknya Oom gampar nangis kejer. Ah, sedih betul kalau ingat itu. Enggak, enggak ada yang berani kasih nasihat sama Oom. Dibiarin saja Oom tetap dongo. Jangan lagi bahasa Inggris, ngaji saja Oom nggak becus. Bahasa Inggris nyang Oom bisa sedikit-sedikit, Oom dapat dari pergaulan saja. Di panggung waktu itu yang lazim adalah English language. So, now the time has come... and my glory is over. Now as you see, I'm sitting here before you, nothing and hopeless."
Bersama dalam batas Senja! Fotografi Siluet |
"Sayang sekali, Oom, ya. Orang-orang sekarang tidak mau pakai jasa Oom lagi."
"Tidak! Tidak ada nyang bisa Oom salahkan. Cuma Oom sendiri nyang salah. It's all because Oom sok tahu... sok tahu, sok keren. Lupa daratan."
"Seperti pemuda-pemuda sekarang juga, ya Oom, sok tahu!" sambut saya dengan maksud menyenangkan hatinya.
"Ya!" jawabnya kontan. Matanya melirik ke cangkir kopi, lalu sambungnya, "Yaaa..., tidak semua pemuda sekarang sok tahu...."
"Saya tidak mau sok tahu, Oom."
"Jangan! And you kelihatannya memang tidak sok tahu...."
Saya sodorkan rokok kepadanya. Saya bayar empat cangkir kopi Oom Tustel dan dua cangkir kopi saya, semua seharga tiga puluh ribu. Pak Tustel mengucapkan banyak terimakasih. Saya sodorkan sebatang lagi buat persediaan nanti sekaligus saya pesankan kopi hitam satu cangkir lagi untuknya, lalu kami pun berpisah.
Gadis dan sebotol Cola
"Candid Photography"
Catatan Sambil Lalu
"Candid Photography"
Tustel
Setelah diduduki Belanda selama kurang lebih 3,5 abad (walaupun ini masih diragukan), banyak sekali kosa kata dalam bahasa Belanda yang diserap dalam bahasa Indonesia. Salah satu yang paling umum adalah kata tustel, yang diserap dari kata toestel dalam bahasa Belanda (walaupun kata “tustel” saat ini sudah tak pernah lagi terdengar, kecuali diucapkan oleh orang-orang yang lahir di era 60-an atau 70-an). Pada masanya, tustel sering kali digunakan untuk merujuk pada benda berupa kamera.
Dalam KBBI, kata “tustel” akan diidentikkan dengan kata “kamera”, di mana keduanya diartikan sebagai “alat potret”. Namun, perlu dipahami, bahwa ternyata tustel dan kamera memiliki makna berbeda karena sesungguhnya tustel mengacu pada keseluruhan perangkat kamera, mulai dari body lensa, lensa, blitz, dan komponen-komponen lainnya.
Nopek ceng
Kata "nopek ceng" berarti uang senilai 200 ribu rupiah.
Istilah-istilah seperti "nopek ceng" merupakan bahasa gaul untuk menyebut nominal uang yang berasal dari bahasa Mandarin. Istilah ini awalnya digunakan oleh masyarakat keturunan Tionghoa berdialek Hokkian, namun lambat laun kata-kata mandarin ini mulai diserap oleh orang-orang di perkotaan (terutama di Jakarta) karena dianggap sebagai symbol dari “gaul” alias symbol anak muda atau symbol pebisnis pada era 70-an sampai dengan 90-an. Saat ini kata-kata ini sudah mulai jarang digunakan.
Tipi
“Tipi” berasal dari singkatan “TV” yang dilafalkan dalam Bahasa Inggris menjadi “ti-vi”, TV adalah singkatan dari television. Pada awalnya orang-orang masih melafalkan singkatan “TV” ini dengan lafal “ti-vi”, namun lambat laun pengucapannya menjadi “ti-pi”. Pada era 70-an sampai dengan sebelum era internet, siaran televisi menjadi hiburan terfavorit, Dimana bermacam-macam siaran hiburan memiliki jumlah penonton yang banyak. Saat ini TV tetap menjadi hiburan yang diminati, walaupun tidak sehebat pada era 70-an sampai 2000 awal.
Schouwburg (Gedung kesenian Jakarta)
Gedung Kesenian Jakarta adalah bangunan tua peninggalan bersejarah pemerintah Belanda yang hingga sekarang masih berdiri kokoh di Jakarta. Terletak di Jalan Gedung Kesenian No. 1 Jakarta Pusat. Gedung tersebut merupakan tempat para seniman dari seluruh Nusantara mempertunjukkan hasil kreasi seninya, seperti drama, teater, film, sastra, dan lain sebagainya. Gedung ini memiliki gaya arsitektur neo-renaisans yang dibangun tahun 1821 di Weltevreden yang saat itu dikenal dengan nama Theater Schouwburg Weltevreden, juga disebut dengan Gedung Komedi.
Hingga sekarang gedung ini tetap menyajikan berbagai kegiatan kesenian, walaupun kebanyakan adalah kesenian yang “berat” dan klasik.
Demikianlah Sobat jepret semuanya, tulisan alias artikel yang saya tulis dan saya sajikan dalam lima bagian, yang bercerita tentang ironi kehidupan seorang fotografer sekaligus aktor serba bisa yang sangat terkenal pada jaman-nya. Semoga Sobat Jepret dimanapun bisa terhibur dengan artikel-artikel tersebut.
Tetap sehat, tetap semangat!
Salam Jepret Selalu!
Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar