Minggu, 23 Maret 2025

7 Tips Agar Foto Sambil Jalan-jalan Bisa Sukses (Tulisan Bagian Kedua)



Kediri, Tabanan, Bali, Minggu, 23 Maret 2025

Coretan saya kali ini sebagai penerus dari tulisan yang telah saya unggah tempo hari, yang berusaha untuk memberikan tips secara singkat mengenai memotret sambil jalan-jalan. Pada tulisan sebelumnya, saya menjabarkan 3 (tiga) tips, yaitu Tema, Variasi waktu memotret, dan juga Peralatan memotret. Agar tulisan saya yang sekarang ini bisa dibaca dengan enak, lebih baik kalau Sobat membaca artikel sebelumnya yang berjudul: "7 Tips Agar Foto Sambil Jalan-jalan Bisa Sukses (Tulisan Bagian Pertama)". Dan ini adalah goresan kelanjutannya, silahkan dibaca dan dinikmati dengan jiwa yang nyaman serta riang gembira:


4. Ajaklah teman, pacar, istri, suami, selingkuhan, gebetan, selir, dan sebagainya pada saat memotret


Perspektif orang lain secara harfiah dan kiasan menantang kita untuk melihat dunia dalam sudut pandang yang berbeda. Sebagian orang menyukai fotografi makro, yang berfokus pada kuncup bunga atau tetesan air hujan atau hal-hal lain yang kecil dan detil. Sebagian lainnya melihat pemandangan sebagai cerita dokumenter dan lebih menyukai gambar yang lebih lebar dan tajam. Dengan mengajak teman jalan-jalan untuk memotret, Sobat akan mulai menghargai apa yang dilihat orang lain melalui lensa mereka, dan paling tidak akan memberikan tambahan variasi pemahaman memotret kepada Sobat. Selain itu, kalau ada teman, maka akan lebih murah juga pengeluaran kita untuk jajan, kopi dan rokok (dengan catatan, selama mereka mau dan bersedia diajak kongsi).

5. Buat Proyek Foto dan Bagikan ke Dunia Luas


Secara kodrat, foto-foto pada dasarnya diciptakan dengan tujuan untuk dilihat dan dibagikan. Jangan khawatir jika foto-foto itu menurut orang tidak bagus alias tidak layak. Semua fotografer kelas wahid selalu memulai dengan awal yang sederhana. Pilih karya yang selaras dengan jiwa dan kesukaan hati Sobat. Misalnya Sobat suka dengan fotografi jalanan alias street photography, buatlah blog atau akun Instagram gratisan (atawe zonder bayar) atau buatlah laman yang "agak-agak" profesional dengan ongkos yang murah (seperti laman saya ini, ongkosnya tak terlalu mahal per tahunnya) kemudian unggah foto-foto yang Sobat hasilkan. Buatlah jurnal alias dokumentasi pertama Sobat yang layak dibanggakan.


6. Ubah Sudut Pandang (perspektif) Sobat


Mungkin selama ini Sobat punya style alias gaya memotret dengan cara konservatif, yaitu berdiri dan memotret objek secara langsung, nah, sekaranglah saatnya untuk memulai gaya memotret yang baru. Mungkin Sobat bisa mencoba untuk mengambil foto dengan berjongkok agar dapat sudut pemotretan yang rendah, meletakkan kamera sedekat mungkin dengan permukaan tanah atau air untuk mendapatkan sudut pemotretan yang ekstrem, atau jungkir balik, atau salto, atau sambil meloncat…ya silahkan saja, selama Sobat bisa tetap hidup dan tanpa perlu mampir berobat ke rumah sakit, maka hal-hal itu boleh untuk dicoba.

Mendekatlah
Perkecil
Ubah sudut memotret (angle)
Bereksperimenlah dengan ruang negatif
Coba gerakan atau gerakan kabur

Berbagai manuver memotret seperti yang dijabarkan di atas bakalan bikin foto Sobat akan terlihat berbeda dibandingkan dengan foto-foto yang diambil secara konservatif (alias pakai gaya yang umum dan biasa-biasa).

Sobat, seperti yang sudah-sudah, goresan di atas akan dilanjutkan dengan penjabaran selanjutnya yang berjudul: “7 Tips Agar Foto Sambil Jalan-jalan Bisa Sukses (Tulisan Bagian Ketiga)”, saya berharap semoga Sobat bisa dapat senang saat membaca tulisan-tulisan saya. 

Senin, 17 Maret 2025

7 Tips Agar Foto Sambil Jalan-jalan Bisa Sukses (Tulisan Bagian Pertama)



Kediri, Tabanan, Bali, Senin, 17 Maret 2025

Musim penghujan akan segera berakhir dan kemarau telah siap menerjang cakrawala Nusantara. Sudah tiba saatnya untuk menikmati alam nan indah yang bermandikan cahaya sang surya di awal musim kemarau. Di postingan-postingan sebelumnya, sedikit banyak sudah disampaikan mengenai banyaknya faedah yang akan kita dapat seandainya kita beraktifitas di luar ruangan, dan jika Sobat ingin mengasah alias mempertajam kemampuan jepret menjepret yang Sobat miliki, saya memiliki beberapa saran alias ide (yang moga-moga bisa…) menyenangkan untuk menggabungkan antara olah raga dan kesenangan dengan jalan-jalan untuk berfoto.


1. Pilihlah Tema 


Jalan-jalan sambil memotret. Sesuai dengan namanya, kegiatan ini adalah memotret berbagai obyek menarik menggunakan kamera pada saat Sobat sedang berpakansi. Nah, kalau Sobat tidak terlalu yakin mengenai apa yang akan difoto saat jalan-jalan, berikut ini beberapa ide kira-kira cukup bisa diterapkan dan bakal kasih hasil yang ciamik, yaitu:

Fotografi Arsitektur
Fotografi jalanan
Dokumenter alias fotografi cerita
Pemandangan (alam)
Potret (Portrait photography)
Makro

Jika Sobat kesulitan memilih salah satu, cobalah beberapa di antaranya dan lihat mana yang kira-kira bisa bikin senang hati Sobat. Untuk bisa mengenali masing-masing genre photography di atas, silahkan disimak dalam artikel-artikel di blog ini yang sudah tayang sebelumnya (ada lumayan lengkap kok, tinggal dikulik saja satu-persatu)

2. Variasikan Waktu Jalan-Jalan untuk Mengambil Foto


Sementara kebanyakan orang yang bekerja di kantor akan meregangkan kaki mereka sambil leha-leha saat istirahat makan siang (dan biasanya ngbrol ngalor-ngidul dan biasanya juga delapan puluh persen obrolan akan berisi gibah), paksalah diri Sobat untuk mengubah rutinitas yang selama ini membelenggu jiwa Sobat. Waktu emas adalah sahabat terbaik untuk seorang fotografer (waktu emas adalah tepat setelah matahari terbit atau sebelum matahari terbenam, silahkan baca di sini untuk keterangan yang lebih panjang dan lebih lebar dan juga lebih bikin pusing). Cahaya mentari yang berwarna keemasan dan lembut akan menciptakan kilauan indah pada rambut, menembus pepohonan dan membiaskan pantulan serta bayangan yang sejuk pada obyek yang akan dijepret.

Fotografi malam juga tak kalah ciamik, tentu saja harus didukung dengan cahaya alias penerangan jalan yang cukup dan juga kreativitas, Sobat dapat menangkap kehidupan kota yang cenderung terlewatkan oleh banyak orang.


3. Aturlah Agar Perlengkapan Fotografi Sobat Tetap Simple dan Tidak Merepotkan


Kamera terbaik adalah kamera yang Sobat miliki (dan selalu Sobat bawa). Kamera pada ponsel pintar saat ini boleh dibilang sudah sangat top dan juga punya banyak kemampuan yang tak kalah dengan kamera yang tulen, tetapi jika Sobat ingin membeli kamera "asli" alias kamera yang benar-benar kamera, mulailah dengan DSLR versi dasar atau model mirrorless dan mulailah mempelajari cara pakainya agar lebih bisa menggunakannya secara maksimal. Di tahap awal perjalanan Sobat, yang terpenting adalah memahami cahaya dan komposisi. Catatan tambahan, silahkan baca artikel yang berjudul: “TIPS FOTOGRAFI - "KAMERA YANG TERBAIK ADALAH KAMERA YANG KAMU MILIKI !" untuk bisa memahami point ini.

Seperti biasa, artikel ini akan dilanjutkan dengan artikel berikut yang berjudul: “7 Tips Agar Foto Sambil Jalan-jalan Bisa Sukses (Tulisan Bagian Kedua)”, mudah-mudahan Sobat bisa menikmati tulisan-tulisan ini. 

Minggu, 09 Maret 2025

8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Penghabisan



Kediri, Tabanan, Bali, Minggu, 8 Maret 2025

Tulisan ini adalah kelanjutan dari artikel yang telah saya unggah beberapa hari lepas, yang bertutur tentang betapa berharganya warna dan sentuhan emosi ke dalam foto yang Sobat jepret. Supaya Sobat bisa dapat mengerti saat membaca artikel ini, silahkan mampir dan simak artikel sebelumnya yang punya judul: "8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Ketiga". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan dibaca dan dinikmati dengan hati yang lapang:


Bagaimana Sobat Memotret Emosi Tanpa Subyek Manusia dalam Frame?

Banyak hal yang dapat membangkitkan perasaan saat mengambil gambar yang emosional. Alam dan apa pun yang berhubungan dengannya mungkin merupakan contoh terbaik. Sobat dapat memotret apa saja mulai dari tanaman dan hewan hingga musim, cuaca, dan lanskap. Misalnya, mengambil gambar atmosfer hutan memungkinkan Sobat untuk menyampaikan emosi menggunakan bayangan dan sorotan yang diciptakan oleh sinar matahari, kabut, atau hujan. Alih-alih berfokus pada subjek, fokuslah pada suasana hati.

Saat memotret hewan, rahasia untuk menangkap emosi adalah dengan berfokus pada hubungan antara dua hewan, untuk menunjukkan keintiman, kelembutan, atau permusuhan. Abadikan momen saat mereka berinteraksi satu sama lain, dan Sobat akan mudah mendapatkan foto yang berisi cerita dan emosi.

Sobat juga dapat menggunakan konsep abstrak yang menggambarkan perjalanan waktu (misalnya, pembusukan buah atau sayuran, karat), degradasi (misalnya, vas yang pecah, rumah kosong), kehidupan baru (misalnya, tunas tanaman), atau perasaan lainnya. Menciptakan kontras antara konsep abstrak (misalnya, lama dan baru) adalah cara lain untuk menciptakan gambaran emosional tanpa menjadikan orang sebagai subjek.

Dengan memilih subjek yang membangkitkan emosi orang, foto yang Sobat hasilkan juga akan merangsang emosi tersebut saat orang melihat foto itu. Memotret sepasang sepatu bayi mungkin memicu lebih banyak emosi dan perasaan daripada memotret pensil atau garpu biasa (memotret kuburan sebenarnya juga bisa memancing emosi, tapi lebih ke perasaan takut ketimbang emosi yang positif).


Ingatlah bahwa Sobat selalu dapat menambahkan emosi ke dalam foto dengan memilih padanan warna secara cermat. Paduan warna yang lebih gelap dan dingin dapat menyampaikan rasa takut atau sedih (bahkan sepi). Paduan warna yang lebih cerah dan hangat dapat membangkitkan aura kegembiraan atau kesedihan. Tambahkan suasana dan warna ke subjek yang Sobat jepret, dan lihat perbedaannya.

Demikianlah Sobat tercinta, artikel empat babak (dan bukan lima babak seperti yang saya jadikan judul di artikel-artikel sebelumnya) yang saya tulis untuk menjabarkan tentang tips untuk menjebak emosi natural dalam frame alias foto yang Sobat hasilkan. Memanglah tulisan ini kurang sempurna, tetapi paling tidak bisa ada manfaat untuk menambah literasi Sobat mengenai fotografi.

Tetap sehat, tetap semangat dan tetap bahagia ya Sob!

Salam jepret selalu!

Artikel ditulis oleh: Tuntas Trisunu

Catatan: Artikel ini sebenarnya ada dalam lima babak, tetapi karena di babak penutup hanyalah intisarinya saja, maka saya memilih untuk tidak menguploadnya. Mohon dimaklumi ya Sob!

Rabu, 05 Maret 2025

8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Ketiga



Kediri, Tabanan, Bali, Rabu, 5 Maret 2025

(Artikel ini digurat di kamar kos, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali Selatan, di awal bulan Maret di tahun 2025. Rupanya musim kemarau sudah mulai merayapi alam Bali. Beberapa hari ini, cuaca terasa sangat panas dan juga kering)

Tulisan ini adalah kelanjutan dari artikel yang telah saya tulis pada lalu-lalu, yang menjabarkan mengenai pentingnya "campur tangan" emosi ke dalam foto yang Sobat hasilkan. Supaya Sobat bisa dapat mengerti saat membaca artikel ini, silahkan mampir dan simak artikel sebelumnya yang punya judul: "8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Kedua". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan dibaca dan dipahami:


6. Terus Memotret


Memotret secara terus-menerus akan memungkinkan Sobat menangkap segala macam momen, dari yang intim, hingga yang lucu, hingga foto-foto candid namun bermakna lainnya yang tidak akan tertangkap jika Sobat belum siap mengambilnya.

Gunakan mode pemotretan berkelanjutan pada kamera Sobat (mode burst alias mode jepret berurutan secara cepat) dan potret momen tertentu secara beruntun untuk memastikan Sobat mengambil banyak bidikan yang dapat dipilih. Ini akan memberi Sobat peluang lebih besar untuk mendapatkan foto yang tepat pada waktu yang tepat.


7. Perbesar Detail Lainnya


“Keindahan ada pada detilnya”, atau begitulah kata fotografer-fotografer kondang. Dalam potret yang emosional, hal ini sangatlah benar. Berfokus pada detail yang tepat sebenarnya dapat membantu menyampaikan emosi dalam foto Sobat. Sobat dapat mencoba memperbesar bahasa tubuh subjek yang Sobat jepret, cara tangan mereka menggenggam, postur tubuh mereka, dan bahkan detail kecil seperti air mata dan keringat. Semua detail ini dapat memberi Sobat cara yang sangat ampuh untuk menyampaikan apa yang sebenarnya dirasakan subjek Sobat, karena hal ini seringkali lebih sulit untuk dipalsukan.

Dalam beberapa kasus, rincian ini juga bisa menjadi suatu objek yang menandakan cinta, seperti cincin pertunangan di jari wanita atau boneka beruang usang milik seorang anak yang diberikan kepadanya oleh kakeknya.


8. Gunakan Elemen Kejutan


Ambil beberapa foto kejutan. Ini memungkinkan Sobat untuk mengagetkan subjek, yang akan membantu menunjukkan perasaan alami mereka. Sering kali, mengejutkan subjek dapat memberikan Sobat foto yang paling berkesan yang dapat Sobat harapkan. Sobat dapat melakukan ini saat subjek tidak menyadari bahwa mereka sedang difoto, dan saat-saat lain yang biasanya tidak akan Sobat jepret.

Dan jika semuanya gagal, lanjutkan dan cobalah untuk membuat pose dan rencana foto yang cermat yang menunjukkan emosi yang ingin Sobat jebak dalam foto Sobat.


Jenis Fotografi Mana yang Menunjukkan Emosi?


Sobat dapat mengambil gambar yang emosional untuk hampir semua jenis fotografi yang berhubungan dengan orang lain. Potret, jurnalisme foto, dan fotografi jalanan hanyalah beberapa di antaranya. Fotografi acara juga dapat menyiratkan perasaan, karena Sobat dapat menangkap emosi pada acara pernikahan, konser, dan festival.

Namun, Sobat tidak harus memotret orang untuk menciptakan foto yang emosional. Fotografi satwa liar juga dapat menunjukkan keintiman, kelembutan, atau permusuhan.

Fotografi lanskap dapat menunjukkan perjalanan waktu dan dapat membangkitkan keheranan, kegembiraan, nostalgia, kesedihan, atau kehancuran.

Fotografi still life juga memiliki kekuatan untuk menyentuh hati pemirsanya. Rahasianya adalah memotret sesuatu yang bermakna dan menceritakan sebuah kisah.

Apa pun jenis fotografi yang Sobat usung, emosi adalah bagian dari diri Sobat. Jika Sobat tidak merasakannya, Sobat tidak akan dapat menangkapnya dalam foto-foto yang Sobat hasilkan. Baik saat memotret orang atau objek, “tutur kata” dan “cerita” adalah kunci untuk menciptakan gambar yang emosional.

Artikel ini masih ada kelanjutannya ke bagian ketiga dengan judul: “8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Penghabisan”, semoga Sobat dapat bahagia saat menyimak artikel ini.

Minggu, 09 Februari 2025

8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Kedua


Kemesraan - Beauty Photography
trisoenoe.com

Kediri, Tabanan, Bali, Minggu, 9 Februari 2025

(Artikel ini ditulis di Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali Selatan, di awal bulan Februari di tahun 2025, dan ternyata di Bali masih ditengah musim penghujan)

Artikel ini adalah sambungan dari artikel yang telah saya tulis sebelumnya, yang menerangkan tentang pentingnya "campur tangan" emosi ke dalam foto yang Sobat hasilkan. Supaya Sobat bisa menangkap benang merah dari artikel ini, silahkan mampir dan baca-baca artikel sebelumnya yang punya judul: "8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Pertama". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan dibaca dan diresapi:

Gadis dan Buku - Candid Photography
trisoenoe.com

3. Berikan Subjek Sobat Sesuatu untuk Dilakukan


Cara terbaik untuk memunculkan emosi yang tulus adalah dengan membuat subjek yang Sobat jepret bertingkahlaku senatural mungkin. Pastikan kegiatan yang Sobat pilih akan memunculkan emosi tersebut. Misalnya, jika Sobat mencoba mengambil foto tentang pedagang dengan dagangannya sebagai subjek, mintalah mereka untuk ber”gaya” seperti halnya pada saat mereka berjualan atau melakukan sesuatu yang biasa mereka lakukan setiap hari. Atau jika Sobat mencoba menjebak aura cinta yang terjalin pada pasangan, Sobat jangan mengintervensinya. Biarkan mereka larut memainkan kedekatan dan juga interaksi yang hangat seperti biasa, dan melakukan aktivitas lain yang mereka sukai.

Membiarkan subjek Sobat melakukan hal lain atau hal yang biasa mereka lakukan akan membantu mencegah mereka berpose di depan kamera secara sadar atau tidak sadar. Ini akan memungkinkan Sobat untuk menangkap emosi mereka dalam keadaan yang paling realistis dan paling natural.

Dua Sahabat & Kopi
trisoenoe.com

4. Belajar Mengantisipasi Momen Penting


Hal lain yang harus Sobat perhatikan ketika mencoba menangkap emosi yang autentik dalam foto yang Sobat ambil adalah mencari kemungkinan saat-saat di mana Sobat dapat menangkap subjek Sobat dalam keadaan yang paling “biasa” alias paling alami. Momen-momen ini dapat terjadi saat Sobat tidak menduganya, tetapi jika Sobat tetap waspada dan jeli, Sobat seharusnya dapat memotretnya. Selain itu, pastikan kamera Sobat siap untuk mengambil gambar tersebut dalam waktu singkat, Sobat tidak akan punya waktu untuk mengutak-atik pengaturan pada kamera (jadi, paling masuk akal kiranya kalua Sobat men”setting” setelan kamera Sobat pada mode otomatis, walaupun ini bukanlah mode favorit bagi para fotografer, tetapi untuk saat-saat tertentu, mode ini adalah mode yang paling sesuai).

Namun, meskipun Sobat berhasil mengambil gambar-gambar ini, Sobat tidak boleh berhenti di situ. Detik-detik setelah emosi memuncak juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengambil foto, karena biasanya pada saat inilah wajah dan tubuh subjek jepretan menjadi lebih rileks dan alami.

Tersenyum - Beauty Photography
trisoenoe.com

5. Fokus pada Mata


Mata dapat menyampaikan emosi yang sebenarnya terlepas dari apa yang ditunjukkan oleh ekspresi wajah lainnya. Orang yang tersenyum tetap dapat menyampaikan emosi yang saling bertentangan; kesedihan, keputusasaan, dan bahkan ketakutan, melalui Bahasa matanya. Oleh karena itu, jika Sobat ingin menentukan apa yang sebenarnya dirasakan seseorang, Sobat hanya perlu fokus pada matanya.

Namun, jika mata subjek tertutup karena suatu jenis emosi yang kuat, itu tidak masalah. Perasaan yang sangat kuat sering kali dapat membuat seseorang menutup mata, seperti saat menangis, merasakan sakit, atau mengalami kebahagiaan ataupun guncangan emosi yang luar biasa.

Artikel ini diteruskan ke bagian ketiga dengan judul: “8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Ketiga”, semoga Sobat dapat banyak senang kala membacanya.

Sabtu, 01 Februari 2025

8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Pertama


Penjual Kerak Telor
Human Interest Photography
trisoenoe.com

Beraban, Tabanan, Bali, Sabtu, 1 Februari 2025

(Ditulis di desa Beraban, Tabanan, Bali Selatan, ditulis di awal bulan Februari di tahun 2025, dan ternyata di Bali masih ditengah musim penghujan)

Fotografi mungkin merupakan seni yang sangat visual, tetapi seperti halnya kodrat pada seni yang lain, fotografi tidak hanya bicara tentang estetika, ini tentang menceritakan sebuah kisah melalui foto. Hal ini khususnya berlaku saat memotret orang sebagai subjek foto Sobat. Menangkap gambar dan perasaan emosional yang autentik dan “bertutur-kata” dalam sebuah foto adalah kunci untuk menciptakan foto yang indah dan benar-benar menarik yang berbicara kepada siapapun yang melihat foto Sobat pada tingkat yang lebih intim dan personal.

Ada banyak emosi berbeda yang dapat digambarkan dalam sebuah foto. Dalam beberapa foto yang saya jepret, saya berusaha untuk menonjolkan kegembiraan, kebahagiaan, kesedihan, keputusasaan, dan cinta. Namun, interpretasinya dapat berbeda-beda, tergantung pada yang melihat. Namun, tantangan dalam menangkap emosi adalah membuatnya tampak alami dan “hidup”.

Tips untuk Mengambil Gambar Emosional yang Alami


Gadis Menyeduh Kopi
Human Interest Photography
trisoenoe.com

1. Abadikan Subjek Sobat pada Atmosfer yang Akrab


Mengambil foto subjek di lokasi yang familiar bagi mereka akan membuat mereka merasa lebih nyaman dengan Sobat dan kamera Sobat. Sobat bahkan dapat memilih tempat yang memiliki makna khusus serta punya latar cerita bagi subjek. Ini dapat membantu memunculkan aura emosional yang kuat.

Selama pemotretan, mintalah subjek Sobat jepret untuk menunjukkan lokasi tertentu tersebut kepada Sobat. Baik itu rumah mereka, warung tempat mereka bertemu, atau tempat lain Dimana mereka punya kisah di sana, hal tersebut pastinya dapat menstimulus emosi. Dorong mereka untuk menceritakan kisah-kisah tentang momen spesial mereka. Minta mereka untuk menunjukkan objek atau tempat favorit mereka di lokasi tersebut. Berbicara tentang peristiwa yang bermakna dapat membantu subjek Sobat bersikap lebih alami dalam menunjukkan gestur yang apa adanya. Sementara itu, menyertakan elemen yang relevan dapat membantu menambahkan konteks pada komposisi.

Pengantin Bali
trisoenoe.com

2. Berikan arahan minimal dan jangan campur tangan


Jangan mengarahkan alias mengatur-atur subjek yang Sobat jepret. Melakukan hal itu dapat mencegah Sobat menjadi emosional di depan kamera untuk difoto, karena mereka akan terlalu fokus untuk berpose yang mungkin atau mungkin akan membuat mereka menjadi canggung dan kaku. Bimbing mereka seminimal mungkin di mana harus meletakkan tangan mereka, cara memiringkan kepala mereka, dan banyak lagi. Jika Sobat benar-benar harus memberikan arahan untuk tujuan memanfaatkan cahaya yang tersedia atau lingkungan sekitar, pelajari cara berpose subjek Sobat dengan cara yang tidak akan membuat mereka merasa malu atau tidak nyaman.

Penting untuk diingat bahwa Sobat hanya boleh memberikan arahan yang halus di awal. Setelah subjek merasa lebih nyaman di depan kamera, biarkan mereka berinteraksi dengan bebas satu sama lain. Dan, jangan ikut campur. Jika memungkinkan, menjauhlah agar mereka merasa lebih nyaman. Tujuannya adalah membuat subjek lupa bahwa ada kamera di sana. Berusahalah untuk membuat diri Sobat tidak terlihat dan tidak mencolok sebisa mungkin.

Perhatikan bahwa cinta dapat terwujud di wajah dan melalui gerakan tangan, jadi cobalah untuk fokus atau sertakan wajah dan tangan saat memotret.

Bersambung ke bagian kedua dengan judul: “8 Tips untuk Menjebak Emosi Natural dalam Foto Sobat (Penjelasan dalam Lima Babak) – Tulisan Babak Kedua”, semoga Sobat dapat bahagia saat membacanya.

Selasa, 07 Januari 2025

Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Penghabisan


"Expresif!"
Foto Close-up dalam Hitam-Putih

Kediri, Tabanan, Bali, Selasa, 7 Januari 2025

(Ditulis di Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali Selatan, masih di awal bulan Januari di tahun 2025, dan ternyata di Bali masih ditengah musim penghujan)

Artikel ini adalah sambungan dari artikel yang telah saya tulis sebelumnya, yang masih bertutur tentang kisah seorang yang dahulu kala cukup berjaya, seorang yang dulunya multi talenta, yang punya judul: "Kejayaan Itu Telah Berlalu (Kisah Seorang Fotografer Kawakan Yang Tak Lagi Laku!) – Tulisan Bagian Keempat". Dan ini adalah artikel kelanjutannya, silahkan disimak:

Om Tustel tersenyum, "Tahu juga, cuma Oom tidak ambil pusing. Oom kira sandiwara tipi bakal ada saja dan tante-tante bakal banyak terus. Atau aka nada aja orang-orang yang bakal minta dipotoin sama Om. Waktu itu rasanya semua bakal beres saja. Begitu Oom diajak show keliling Sumatera dan Jawa, berebut orang pengen kenal sama Oom. Di seluruh daerah yang Oom sambangin, tidak ada yang kosong dari pacar-pacaran. Sudah jangan dibilang kalau di Jakarta. Siapa nyang berani marah, dia boleh terima Oom punya tangan. Tidak ada yang berani angkat muka kalau Oom sudah menjerit. Sampe sutradara nangis-nangis waktu Oom pura-pura bilang minta berhenti...."

"Wah, serem betul."

"Bukan maen serem-nya, maka itu Oom jadi sok tahu. Pernah sekali si Parjo, satpam studio mau coba-coba kasih nasihat Oom, supaya Oom hemat sama duit dan segala macam. Lima hari pipinya bengkak karena Oom gampar. Yang sedih kalau diingat sekarang si Peang. Nama sebenarnya Rudi Darmawan, tapi karena kepalanya peang, Oom panggil saja dia si Peang. Dia cuma pemain figuran, mana berani marah kalau Oom panggil si Peang. Dia sudah ada umur, anaknya tiga. Dia nasihati Oom belajar pegang buku, administrasi atau.... Belum habis dia bicara, Oom punya tangan sudah melayang, kontan dia jatuh tersungkur. Anaknya liat bapaknya Oom gampar nangis kejer. Ah, sedih betul kalau ingat itu. Enggak, enggak ada yang berani kasih nasihat sama Oom. Dibiarin saja Oom tetap dongo. Jangan lagi bahasa Inggris, ngaji saja Oom nggak becus. Bahasa Inggris nyang Oom bisa sedikit-sedikit, Oom dapat dari pergaulan saja. Di panggung waktu itu yang lazim adalah English language. So, now the time has come... and my glory is over. Now as you see, I'm sitting here before you, nothing and hopeless."

Bersama dalam batas Senja!
Fotografi Siluet

"Sayang sekali, Oom, ya. Orang-orang sekarang tidak mau pakai jasa Oom lagi."

"Tidak! Tidak ada nyang bisa Oom salahkan. Cuma Oom sendiri nyang salah. It's all because Oom sok tahu... sok tahu, sok keren. Lupa daratan."

"Seperti pemuda-pemuda sekarang juga, ya Oom, sok tahu!" sambut saya dengan maksud menyenangkan hatinya.

"Ya!" jawabnya kontan. Matanya melirik ke cangkir kopi, lalu sambungnya, "Yaaa..., tidak semua pemuda sekarang sok tahu...."

"Saya tidak mau sok tahu, Oom."

"Jangan! And you kelihatannya memang tidak sok tahu...."

Saya sodorkan rokok kepadanya. Saya bayar empat cangkir kopi Oom Tustel dan dua cangkir kopi saya, semua seharga tiga puluh ribu. Pak Tustel mengucapkan banyak terimakasih. Saya sodorkan sebatang lagi buat persediaan nanti sekaligus saya pesankan kopi hitam satu cangkir lagi untuknya, lalu kami pun berpisah.

Gadis dan sebotol Cola
"Candid Photography"

Catatan Sambil Lalu


Tustel 

Setelah diduduki Belanda selama kurang lebih 3,5 abad (walaupun ini masih diragukan), banyak sekali kosa kata dalam bahasa Belanda yang diserap dalam bahasa Indonesia. Salah satu yang paling umum adalah kata tustel, yang diserap dari kata toestel dalam bahasa Belanda (walaupun kata “tustel” saat ini sudah tak pernah lagi terdengar, kecuali diucapkan oleh orang-orang yang lahir di era 60-an atau 70-an). Pada masanya, tustel sering kali digunakan untuk merujuk pada benda berupa kamera.

Dalam KBBI, kata “tustel” akan diidentikkan dengan kata “kamera”, di mana keduanya diartikan sebagai “alat potret”. Namun, perlu dipahami, bahwa ternyata tustel dan kamera memiliki makna berbeda karena sesungguhnya tustel mengacu pada keseluruhan perangkat kamera, mulai dari body lensa, lensa, blitz, dan komponen-komponen lainnya.

Nopek ceng

Kata "nopek ceng" berarti uang senilai 200 ribu rupiah.
Istilah-istilah seperti "nopek ceng" merupakan bahasa gaul untuk menyebut nominal uang yang berasal dari bahasa Mandarin. Istilah ini awalnya digunakan oleh masyarakat keturunan Tionghoa berdialek Hokkian, namun lambat laun kata-kata mandarin ini mulai diserap oleh orang-orang di perkotaan (terutama di Jakarta) karena dianggap sebagai symbol dari “gaul” alias symbol anak muda atau symbol pebisnis pada era 70-an sampai dengan 90-an. Saat ini kata-kata ini sudah mulai jarang digunakan.

Tipi

“Tipi” berasal dari singkatan “TV”  yang dilafalkan dalam Bahasa Inggris menjadi “ti-vi”, TV adalah singkatan dari television. Pada awalnya orang-orang masih melafalkan singkatan “TV” ini dengan lafal “ti-vi”, namun lambat laun pengucapannya menjadi “ti-pi”. Pada era 70-an sampai dengan sebelum era internet, siaran televisi menjadi hiburan terfavorit, Dimana bermacam-macam siaran hiburan memiliki jumlah penonton yang banyak. Saat ini TV tetap menjadi hiburan yang diminati, walaupun tidak sehebat pada era 70-an sampai 2000 awal. 

Schouwburg (Gedung kesenian Jakarta)

Gedung Kesenian Jakarta adalah bangunan tua peninggalan bersejarah pemerintah Belanda yang hingga sekarang masih berdiri kokoh di Jakarta. Terletak di Jalan Gedung Kesenian No. 1 Jakarta Pusat. Gedung tersebut merupakan tempat para seniman dari seluruh Nusantara mempertunjukkan hasil kreasi seninya, seperti drama, teater, film, sastra, dan lain sebagainya. Gedung ini memiliki gaya arsitektur neo-renaisans yang dibangun tahun 1821 di Weltevreden yang saat itu dikenal dengan nama Theater Schouwburg Weltevreden, juga disebut dengan Gedung Komedi. 

Hingga sekarang gedung ini tetap menyajikan berbagai kegiatan kesenian, walaupun kebanyakan adalah kesenian yang “berat” dan klasik.

Demikianlah Sobat jepret semuanya, tulisan alias artikel yang saya tulis dan saya sajikan dalam lima bagian, yang bercerita tentang ironi kehidupan seorang fotografer sekaligus aktor serba bisa yang sangat terkenal pada jaman-nya. Semoga Sobat Jepret dimanapun bisa terhibur dengan artikel-artikel tersebut.

Tetap sehat, tetap semangat!

Salam Jepret Selalu!

Artikel ini diadaptasi dan ditulis oleh: Tuntas Trisunu