Noktah Daun - Fotografi Abstrak trisoenoe.com |
Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta, Sabtu, 19 Juni 2021
(Kisah ini adalah kisah fiksi semata, tapi ceritanya terilhami oleh kejadian nyata yang saya alami sendiri!)
Semua orang pintar dan “cenayang” yang kesohor di kampung kami semuanya meramalkan, bahwa Pak Uban (Bukan nama sebenarnya ya Sob, sebaiknya saya samarkan namanya, supaya tak ada yang sakit hati), orang yang paling anti kepada țakhayul itu tak akan pernah dikaruniai anak. Tapi kehendak Tuhan jugalah kiranya yang tetap berlaku. Dunia “orang pintar” dan per”cenayangan” langsung dilanda gempa hebat, Bu Uban melahirkan seorang anak laki-laki. Mulut-mulut yang usil, fanatikus-fanatikus “alam gaib”, mengatakan bahwa anak Pak Uban ini adalah anak yang didapatnya karena mereka minta-minta kepada jin botak dan lelembut di Gunung Kidul. Ucapan-ucapan ini tak sedikit pun berarti buat Pak Uban atau mengurangi cintanya kepada anak yang kemudian ternyata satu-satunya itu. Ya, Bedul adalah anak mereka semata wayang.
Cinta orang tua Bedul sangatlah berlebih-lebihan kepadanya, karena selain mereka hanya mempunyai seorang anak itu saja, mereka menganggap bahwa Bedul adalah karunia Tuhan lantaran mereka tekun beribadah. Semua yang diminta dan diinginkan Bedul tak satu pun yang ditolak, apalagi Pak Uban adalah termasuk orang berpunya di kampung kami. Tapi ternyata kasih-sayang yang begitu tidak membuat Bedul menjadi baik. Ia terhitung seorang anak yang banyak tertinggal, baik di sekolah maupun dalam pergaulan. Ia sangat manja dan tak mau berpikir. Usia Bedul telah mencapai 25 tahun, tapi tetap juga bersifat kekanak-kanakkan dan sangat pemalas. Bedul menjadi buah pembicaraan orang kampung dan bermacam macamlah ramalan orang tentang masa tua Bedul nanti.
Pola Daun - Fotografi Abstrak trisoenoe.com |
Salah seorang paman Bedul, yakni abangnya Pak Uban, meramalkan bahwa Bedul akan menjadi dedemit kalau ia tetap saja berada di kampung dan dimanjakan oleh orangtuanya. Paman ini sangat berpengaruh di antara keluarga, dan seluruh keluarga besar sangat menyetujui usulnya supaya Bedul pergi dari kampung, merantau mencari pengalaman. Bedul tak boleh kembali ke kampung serta tak diakui keluarga mereka kalau ia tak mendapatkan kerja yang betul-betul kerja, kerja yang diupah alias digaji. Ini sangat berat diterima oleh orangtua Bedul, tapi mereka tak bisa berbuat lain. Bedul harus pergi ke Jakarta mencari pengalaman dan mendapatkan kerja yang sebenarnya, demikian putusan keluarga. Tapi sebelum ia pergi masih sempat juga Pak Uban membisiki Bedul, "Carilah kerja yang paling gampang dan tak payah, ya Nak!"
Bermacam-macamlah ramalan orang-orang tentang bagaimana jadinya dengan si Bedul ini di perantauan. Bermacam-macamlah, tapi tak seorang pun menerka bahwa Bedul akan menjadi seorang fotografer di Jakarta. Dan saya sama sekali tak bisa mempercayainya, tidak seujung rambut pun, karena saya kenal betul sejak sama-sama di bangku sekolah dulu di Sekolah Dasar Inpres di Jalan pasar Kemis, Tangerang. Dia duduk sebangku dengan saya. Fotografi itu adalah seni, dan kesenian adalah pelajaran yang paling dibencinya, karena betul-betul harus di kerjakannya sendiri, sedangkan pelajaran-pelajaran yang lain dia masih bisa curi-curi contek dari saya. Kalau belum jidatnya kena jitak paling sedikitnya tiga kali, belum pernah ia mau menekuni kesenian.
Coretan Ranting - Fotografi Abstrak trisoenoe.com |
Tapi, hari ini, saya dengan mata-kepala saya sendiri telah menjumpai dia di emperan Toko Merah, di Kota Tua, Jakarta. Dia kongkow di antara beberapa fotografer lainnya yang asyik ngobrol. Semua keterangan yang kudapat dari kawan-kawan yang mengenalnya mengatakan bahwa Bedul adalah fotografer tulen. Dan Bedul sendiri mengakuinya. Sungguh mati saya tidak percaya. Kalau potongan memang ada, karena sudah sejak dulu ia paling malas cukur rambut. Dan saya tidak kaget sama sekali kalau menjumpai Bedul yang jauh dari orangtuanya ini rambutnya gondrong dan kumisnya berantakan. Tapi Bedul jadi fotografer? Sungguh tak masuk akal sama sekali! Bagaimana ia jadi memilih pekerjaan yang berkaitan dengan seni, sedang ayahnya bilang supaya ia mencari pekerjaan yang semudah-mudahnya?
Nyambung ya Sob, ke episode kedua, dengan judul: "Kata Mas Bejo si Tukang Gorengan dan Kopi, Sayalah yang Salah (Cerita tentang “Fotografer” genre Fotografi Abstrak) Episode Kedua"
Artikel ditulis oleh: Tuntas Trisunu
#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar