Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Selasa, 20 Oktober 2020
(Ini cerita yang saya bagi jadi dua bagian, supaya Sobat tak bosan membacanya!)
Selamat pagi, siang, malam, kepada seluruh sobat jepret semuanya? Semoga hanya keindahan dan kebahagiaan semata yang mengisi hari sobat jepret semuanya.
kembali, postingan kali ini akan membahas tentang fotografi. Bukan tips atau trik yang dibahas, tetapi lebih kepada...."Pilihan"!
Ya...benar....pilihan!
Wah, pilihan apa? Memilih apa?
Hehehehehe, sabar sob, dalam postingan ini akan dijabarkan secara panjang lebar, tentang apa sih pilihan yang saya maksud!
So, tanpa berpanjang dan berlebar, inilah postingan saya tentang apa itu pilihan, cekidot ya sob!
Beberapa tahun belakangan, dengan semakin maraknya teknologi kamera, secara kasat mata, pergerakan fotografi juga semakin masif, semakin berkembang, dan juga semakin beragam dan juga gila-gilaan! Kalau dahulu, karya fotografi hanya dinikmati oleh kalangan terbatas, maka sekarang......tidak lagi!
Secara umum, pesatnya perkembangan dunia fotografi ditunjang oleh 2 hal :
1. Pesatnya perkembangan teknologi fotografi (terutama kamera), mengakibatkan meluasnya penggunaan kamera. Foto-foto alias jeprat-jepret tak lagi terkendala oleh rol film. Rol film telah digeser dan digantikan oleh memori card, dengan kapasitas yang juga semakin besar.
Kalau dulu, semasa jaman rol film, orang akan berfikir seribu kali sebelum menekan tombol shutter, karena sadar konsekuensi yang akan timbul, dalam hal biaya tentunya. Tidak main-main, setiap film nantinya harus dicuci, dicetak, dan lain-lain, yang semuanya itu ujung-ujungnya adalah fulus alias duit.
Belum lagi kalau ternyata, setelah selesai foto, dan foto diproses, klise ataupun cetak, ternyata tidak ada satupun foto yang dijepret hasilnya bagus! Waduh, kiamat dah! Harus ulang lagi, beli rol film lagi, jepret lagi, dan proses lagi.....Astaga...Bisa bangkrut.
Itu kalau dihitung hanya dari sisi uang saja, gimana kalau ternyata momentnya itu adalah moment yang sangat penting dan tak bisa terulang, pernikahan misalnya, atau wisuda, dan lain sebagainya. Apa iya, kalau foto pernikahan itu hasilnya jelek, terus harus diulang lagi nikahnya, biar bisa difoto lagi? Hehehehehe....ga mungkin banget kan sob!
Itulah sebabnya, pada jaman dahulu, sewaktu rol film hanya satu-satunya sarana menyimpan foto dalam fotografi, boleh dibilang, pose itu hampir seragam, alias hampir sama. dan teknik juga hampir seragam. Obyek semuanya melihat ke arah kamera, pasang tampang senyum, sebisa mungkin diam alias tidak bergerak, dus lampu blitz pasti terpasang dan menyala apapun kondisi cahayanya.
Dan yang paling sering kita temukan saat foto adalah, moment dimana si fotografer menjerit-jerit ke arah yang orang difoto....(dibaca: "orang-orang alias banyak orang....hahahahaha).
"siap ya....atu.....dua......ti.....Bilang Trasi!!...(terus dijepret deh, dan gara-gara bilang "trasi", jadi ada efek senyum tuh)!!!!"
Hehehehehe...makanya sob, kalau kita melihat foto yang produk jaman roll film, duh...auranya....beda dengan sekarang! Jarang banget ada gaya yang aneh alias nyeleneh, jarang ada pose yang sifatnya spontan, atau gaya yang sifatnya, eksperimental atawe coba-coba. kalaupun ada, maka foto-foto tersebut didominasi oleh fotografer-fotografer tajir, atau fotografer majalah, dan lain-lain. Pokoke, yang punya modal deh!
Nah, foto jaman itu, biasanya, yang namanya aturan dasar fotografi, benar-benar dipakai secara total dan membabi buta (yah, memang tidak semua fotografer, tetapi sebagian besar). Namanya foto backlight, itu terlarang banget, bahkan bisa digolongkan ke teritorial haram! Tapi ada aturan yang jarang digunakan, yaitu Aturan Segitiga (rule of third) biasanya jarang dipakai, terutama kalau motret obyek yang ada orangnya! Aturan yang dipakai adalah, "all object are inside the frame", alias, semua orang kudu muat di dalam frame!...hahahahaha
Nah, kalau sekarang, beda banget!
Kamera bukan lagi sesuatu yang "amazing" seperti jaman dulu, setiap hp pinter pasti ada kameranya, mulai dari yang resolusinya ala kadarnya, sampai yang "ruarbyazahhh".....
Itu baru dari sisi kameranya aja, kalau dari sisi sarana penyimpanan hasil gambar......lebih ngeri lagi sob!
Kalo dulu semua terbentur dengan dimensi fisik yang besar, sekarang semua serba digital. Yang namanya memori card, yang gedenya cuma se-"upil", ternyata bisa menyimpan ribuan gambar.
Alhasil, sekarang ini, banyak orang yang "mendadak fotografer" (baca postingan, setiap orang (adalah) fotografer). Dan banyak orang yang juga mendadak jadi “model” dengan berbagai posenya. Dan yang tidak kalah banyak adalah; banyak yang sekarang berubah menjadi model sekaligus menjadi fotografer dalam waktu yang bersamaan….Alias, Selfie!
Efeknya?
Efeknya jelas Sob, perkembangan dunia jeprat-jepret semakin "liar" dan meroket pergi menuju angkasa luas. Dan produk dari fotografi, jadi makin tiada terkira banyaknya, bikin kita jadi bingung, dan bikin pecinta fotografi semakin sempoyongan karena kagum dus gumoh dengan jutaan foto yang beraneka ragam genre dan jenisnya.
Bersambung ya Sob, di bagian 2.
Artikel ini ditulis oleh: Tuntas Trisunu
#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar