Serpong, Tangerang Kota, Banten, Rabu, 29 Juli 2020
Fotografi model memang di saat-saat ini seperti sedang mati suri, dihantam oleh ganasnya badai pendemi Covid-19 yang entah sampai kapan akan berakhir. Padahal, dahulu sebelum si Corona ini datang “berkunjung” ke Indonesia, dunia fotografi boleh dibilang lagi anget-angetnya. Hampir di setiap sudut kota atau tempat yang punya panorama apik dan ciamik, akan selalu kita jumpai, sekelompok manusia yang bergabung dalam komunitas “jeprat-jepret”, sedang asyik “menguliti” sang model dengan kamera.
Tapi sekarang? Aduh…..Sepi sekali!
Yah, Semoga keadaan akan Kembali membaik nanti. Supaya bisa jeprat-jepret model lagi, jeprat-jepret human interest lagi, dan jeprat-jepret semua yang menarik lagi !.......Ya !.....Semoga !
Sob, daripada kita bermuram durja, mendingan kita ngobrolin yang enak-enak aja ya Sob, misalnya, ngobrolin masalah fotografi.
Fotografi Model Event bareng Komunitas Banana Kotu |
Nah, memotret seorang atau beberapa orang model dengan metode seperti yang saya sebutin barusan di atas, itu nama alirannya alias nama genrenya adalah “Fotografi Model”. Lalu, apa bedanya fotografi model dengan fotografi portrait? Kan sama saja, intinya tetap memotret subyek, alias model?
Nah lho…..bingung kan?
Hahahahaha…..jangan bingung ya Sob. Memang benar, kadang-kadang kedua istilah tersebut saling tumpang tindih tidak keruan. Disini saya akan coba terangkan, apa beda antara “Fotografi Model” dengan “Fotografi Portrait”.
Secara gampangnya, fotografi model adalah memotret alias menangkap momen yang melibatkan model. Nama aliran fotografi ini memang berasal dari obyek yang difoto.
Contohnya fotografi makanan memotret hidangan, fotografi portrait itu ya memotret orang. Tapi, disini letak bedanya antara portrait dan model. Kalau fotografi model, yang dipotret adalah si model dengan berbagai pengarahan dari si FG sehingga sesuai dengan tema dan juga agenda yang harus diusung, sedangkan fotografi portrait lebih fokus pada potret yang mengekspresikan karakter orang tersebut secara “apa adanya”.
Fotografi Model Motret bareng Komunitas Banana Kotu |
Jadi, secara umum, perbedaan terbesar dari fotografi model dengan fotografi portrait orang biasa adalah subjek fotonya (si model), yang mana modelnya bekerjasama dengan fotografer untuk mewujudkan suatu gambar sesuai dengan kehendak fotografernya.
Fotografer memutuskan bagaimana gayanya, ekspresi wajahnya, arah pandangan, busana dan tetek bengek lainnya. Model yang “excellent” itu adalah model yang memahami bagaimana cara berpose untuk mempermudah fotografer mendapatkan hasil foto yang ciamik.
Kualitas ketrampilan model ini membedakan antara model yang berpengalaman dan tidak. Jadi model yang bagus itu tidak dinilai dari wajah dan postur tubuh saja.
Saat fotografer bekerja dengan model yang berpengalaman, dia dapat berkonsentrasi dengan pernak-pernik dan hal-hal yang berkaitan dengan teknisnya fotografi (seperti setting pencahayaan, kamera, dan alat lainnya) daripada mengatur pose dan ekspresi model secara spesifik.
Meskipun demikian, fotografer tetap harus berkomunikasi dengan model dan menyampaikan apa yang diinginkannya. Kemudian model akan mengunakan seluruh “jurus” yang dia punya untuk mewujudkan foto tersebut, mulai dari pose, ekspresi, atau gerakan tubuhnya.
Meskipun memakai jasa model berpengalaman terkesan lebih mudah, tapi tidak semudah yang dibayangkan. Fotografer harus memiliki ide alias imajinasi yang jorok….eh…salah…maksudnya imajinasi yang bagus, serta memiliki kemampuan komunikasi yang elegan untuk dapat menyampaikan apa yang diinginkannya.
Foto Portrait Pedagang Bunga, Puri Beta, Tangerang |
Nah, kalau di dalam fotografi portrait, malah kebalikannya. Di fotografi portrait, fotografer malah berusaha untuk membuat foto yang dapat menggambarkan sifat subjek foto secara apa adanya. Disinilah letak kerja berat si fotorafer. Supaya hasil foto portraitnya bernilai bagus, FG harus mampu mengenal orang tersebut, mengenali latar belakang, dan juga berbagai hal seperti latar belakang, moment, dan lain-lain yang sesuai untuk memperkuat fotonya.
Fotografi Portrait Kedai Kopi, Kebayoran Lama |
Fotografer juga berinteraksi dengan si obyek foto supaya ekspresi dan bahasa tubuh dari subjek foto bisa keluar dengan alami. Portrait yang juga merekam lingkungan hidup subjek dinamakan environmental portrait. Sedangkan portrait yang hanya wajah saja, sering disebut close-up atau headshot.
Seperti jenis fotografi lainnya, fotografi model dan portrait membutuhkan keahlian teknis dan pemahaman tentang pencahayaan. Ada fotografer yang mengkhususkan diri ke pencahayaan dalam studio dengan lampu kilat, ada pula yang lebih memilih untuk memotret di alam terbuka.
Dengan memahami dan memaksimalkan cahaya, fotografer dapat membuat foto model yang ciamik dan pas, alias selaras dengan harapan. Jenis fotografi lainnya seperti fotografi pemandangan, still life dan lainnya juga memiiki pendapat yang sama dalam hal ini.
Satu hal yang sangat penting dalam fotografi portrait dan model adalah ketrampilan berinteraksi antar manusia (interpersonal skill). Fotografer harus belajar bagaimana cara untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan subjek.
Jadi, fotografi portrait dan model ini memang tidak mudah karena membutuhkan keterampilan yang tidak hanya melulu soal teknis belaka, dengan mengunakan peralatan fotografi dan pencahayaan saja.
Sebagai kesimpulan, fotografi model dimulai dari sebuah ide dan imajinasi dari fotografer model. Kemudian model yang baik akan menjadi tokoh utama yang membantu fotografer untuk mewujudkan foto yang bagus.
Sedangkan fotografi portrait bertujuan untuk merekam kepribadian seseorang. Fotografer portrait yang baik akan mengunakan ketrampilannya untuk membuat foto yang menceritakan orang tersebut secara apa adanya.
Nah, demikianlah penuturan singkat dari saya tentang apa bedanya fotografi model dengan fotografi portrait. Memang penuturan ini kurang maksimal, karena apa yang saya tulis ini hanya berdasarkan pendapat saya saja. Kalau Sobat-Sobat ada memiliki pendapat lain yang berbeda dengan pendapat saya di atas, maka itu sah-sah saja kok.
Kan fotografi itu adalah seni, bukan ilmu pasti atau matematika. Kalau dalam matematika, 2+2 itu jawabannya harus sama dengan 4, maka dalam fotografi, 2+2 itu tidak harus sama dengan 4…..Jawabannya boleh 6, boleh 9, atau boleh ga jawab….terserah saja.
Yah…..Itulah tadi, sekilas ulasan tentang fotografi model dan portrait. Semoga, ketak-ketik saya di atas, bisa sedikit menghibur Sobat-Sobat sekalian.
Salam Jepret!
Artikel oleh: Tuntas Trisunu
#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar