Senin, 09 Desember 2019

Spot fotografi - Museum Bank Indonesia



Kemayoran, Jakarta, Senin, 9 Desember 2019

Salam jumpa lagi sobat jepret dimana saja sobat berada. Kalau kemarin-kemarin saya sudah memposting tentang tips dan trik dalam fotografi, maka kali ini yang akan saya tulis adalah tentang salah spot fotografi di Jakarta, yaitu Museum Bank Indonesia. Spot fotografi ini memang terbilang unik, terletak di Kawasan Kota Tua, yang memang sudah terkenal sebagai salah satu spot foto favorit di Jakarta. 


Museum Bank Indonesia punya keunikan tersendiri, jika dibandingkan dengan spot lain di kawasan itu. Arsitektur gedung ini terbilang menarik. Dominan dengan warna putih, menjadikan spot ini berkesan cerah dan juga terlihat menonjol. Sangat berbeda dengan Museum Bank Mandiri yang berada tepat di sebelah gedung ini. Arsitekturnya mengusung berbagai aliran arsitektur Eropa yang sedang in pada era itu. Secara umum, Museum Bank Indonesia termasuk dalam Arsitektur Neo-klasik. 


Ada beberapa gaya arsitektur Eropa pada bangunan ini, yaitu gaya Yunani, Romawi, Renaissance, dan de Stijl. Dari semua gaya arsitektur tadi terangkum menjadi gaya Neo-klasik, karena arsitektur Neo-klasik cenderung mengalami pengulangan dan kemiripan pada gaya arsitektur Eropa sebelumnya. 


Bangunan hasil rancangan Ed. Cuypers ini merupakan bangunan dua lantai yang terdiri atas empat bangunan yang saling menyatu sehingga membentuk denah segi empat. Keempat sisi bangunan yang saling menyambung ini membentuk hall terbuka di bagian tengah. Facade bangunan museum penuh dengan ornamen-ornamen lokal, terutama Jawa, seperti motif sulur-suluran serta pilar-pilar yang terpahat pada dinding percandian di Jawa Tengah dan Yogyakarta. 


Deretan jendela tinggi, pilar-pilar, serta rooster memenuhi dinding luar bangunan sehingga bangunan ini tampak raya akan ragam hias. Pada atap bangunan terdapat lucarne, yang selain berfungsi sebagai pencahayaan sekaligus sebagai aspek estetika. Pintu masuk utama bangunan ini terdapat di sisi selatan, dimana terdapat beberapa anak tangga menuju ruangan lobby museum.

Nah, supaya artikel ini bisa berguna, ada baiknya saya sertakan penjelasan dari beberapa sumber, yang memang sangat berkompeten dan memiliki penjelasan yang sangat obyektif tentang bangunan ini.

Sejarah Museum Bank Indonesia di Jakarta Terlengkap

Artikel asli ditulis oleh:  Henry Hafidz

Museum Bank Indonesia adalah museum yang memiliki sejarah panjang di dunia perbankan Indonesia. Bangunan yang sudah berusia tua yang dilestarikan menjadi cagar budaya ini letaknya berada di Kota Tua di Jakarta Barat. Tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Dulunya bangunan Museum Bank Indonesia adalah bangunan milik Hindia Belanda dengan nama Netherlands Indies Gulden atau De Javasche Bank yang menjadi bank sentral milik Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1953, bank milik Hindia Belanda ini dinasionalisasikan menjadi Bank Indonesia. Selain menyimpan sejarah sistem perbankan di Indonesia, Museum Bank Indonesia juga menyimpan mata uang dari zaman dulu.


Sejarah Museum Bank Indonesia Pada Masa Kolonial dan De Javasche Bank

Sejarah Museum Bank IndonesiaSebelum dibangun menjadi bank, area ini pernah menjadi gereja untuk umat Protestan pada tahun 1625. Tapi pada tahun 1628 tempat ini dibongkar menjadi tempat meriam raksasa waktu Sultan Agung memimpin puluhan ribu tentara untuk menyerang Batavia. Penyerangan ini berhasil digagalkan. Seiring waktu, tempat ini berubah menjadi rumah sakit.

Sejarah Museum Bank Indonesia tak lepas dari masa penjajahan Belanda di Indonesia dan De Javasche Bank. De Javasche Bank terbentuk pada tahun 1828 sebagai bank sirkulasi milik Hindia Belanda dan bertanggung jawab mengurus Gulden Hindia Belanda. Sebelum menjadi bank, bangunan ini dulu adalah rumah sakit bernama Binnenhospital yang dibangun pada awal abad kedelapan balas dan ditinggalkan pada tahun 1780 karena rumah sakit dipindahkan ke Weltevreden (Weltevreden lokasinya kini di Sawah Besar, Jakarta Pusat). Bangunannya lalu dijual ke firma dagang bernama Mac Quoid Davidson & Co pada tahun 1801. Pada tahun 1831, De Javasche Bank membeli bangunan ini.


Bangunan tua rumah sakit dirobohkan di awal abad kedua puluh kemudian didirikan bangunan baru yang didesain oleh Eduard Cuypers. Cuypers adalah arsitek Belanda yang terkenal yang memiliki Biro Arsitek Eduard Cuypers & Hulswit (kini berubah jadi Architecten & Ingeniursbureau Fermont-Cuypers). Dengan gigih, Cuypers memasukkan elemen asli Indonesia di rancangannya dan merencanakan lima tahap pembangunan. Bagian muka gedung diselesaikan pada tahun 1909 dengan kombinasi arsitektur bergaya Neo-Renaisans dan ornamen ala Jawa di detailnya. Bagian dalamnnya dirubah sedikit setelah renovasi pada tahun 1926.


Sejarah Museum Bank Indonesia Era Penjajahan Jepang

Dunia tenggelam di era Perang Dunia Kedua dan di masa inilah Jepang berhasil menguasai Hindia Belanda. Belanda terusir dan kini Hindia Belanda dikuasai Jepang. Tapi bank ini tidak terkena pengaruh terlalu besar atas terusirnya Belanda. Masih berfungsi sebagai bank sentral hingga kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Rupiah pertama dicetak pada tahun 1944 di bawah pengawasan Jepang sebagai usaha untuk menasionalisasi identitasnya.


Sejarah Museum Bank Indonesia Setelah Indonesia Merdeka

Perlu waktu lima tahun agar Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Belanda yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia merupakan penyebab pertempuran surabaya dan penyebab terjadinya pertempuran ambarawa. Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1950, Indonesia menahan keinginan untuk mengubah De Javasche Bank menjadi bank sentral Indonesia. Baru setelah dendam antara dua belah pihak bertambah, akhirnya Indonesia berhasil menasionalisasi menjadi Bank Indonesia pada tahun 1963. Pada tahun 1962, bangunan baru yang menjadi pusat bank sentral telah selesai. Bangunan tua ini lalu ditinggalkan. 


Akhirnya pada tahun 2006, diubah menjadi museum dan dibuka secara soft opening oleh Gubernur Bank Indonesia pada saat itu yaitu Burhanuddin Abdullah. Kemudian pada peresmian tahap kedua atau grand opening, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara formal membuka Museum Bank Indonesia pada tanggal 21 Juli 2009.

Demikianlah penuturan saya tentang salah satu spot fotografi di Jakarta, yaitu Museum Bank Indonesia. Jika sobat-sobat ada sempat berwisata ke "Kota Toea", tak ada salahnya jika sobat singgah ke tempat ini. Siapkan kamera, dan puaskan hasrat untuk berfoto di sana. 

Semoga artikel ini berkenan untuk sobat-sobat sekalian.

Akhir kata, salam jepret untuk sobat semuanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar